RELASI
MAKNA
¢
RELASI MAKNA
¢
KESAMAAN MAKNA (SINONIM)
¢
KEBALIKAN MAKNA (ANTONIM)
¢
KEGANDAAN MAKNA
(POLISEMI
DAN AMBIGUITAS)
¢
KETERCAKUPAN MAKNA
(HIPONIM,
HIPERNIM)
¢
KELAINAN MAKNA
(HOMONIM,
HOMOFON, HOMOGRAF)
¢
KELEBIHAN MAKNA (REDUNDANSI)
¢ SINONIM
Kata sinonimi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu onoma ‘nama’ dan syn ‘dengan’.
Secara harfiah
sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama.’
Secara semantik,
sinonimi berarti ungkapan (bisa berupa
kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna
ungkapan lain.
¢
Contoh:
Mati, wafat, meninggal, mangkat, mampus adalah
kata-kata yang bersinonim. Andaikata kata mati dan meninggal itu maknanya
persis sama, tentu kita dapat mengganti kata mati dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing dengan kata meninggal menjadi Tikus itu
meninggal diterkam kucing. Tetapi ternyata, penggantian itu tidak dapat
dilakukan. Ini merupakan bukti yang jelas bahwa kata-kata yang bersinonim itu tidak memiliki makna yang persis
sama.
¢
Ketidakmungkinan kita untuk menukar sebuah kata
dengan kata lain yang bersinonim disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:
¢
Faktor waktu (hulubalang = komandan)
¢
Faktor tempat / daerah (saya = beta)
¢
Faktor sosial (aku = saya)
¢
Faktor bidang kegiatan (matahari = surya)
¢
Faktor nuansa makna (melihat = melirik =
mengintip)
¢
Paradigma:
Sinonim = persamaan kata????
Sinonim = persamaan kata????
v
Sinonim antara morfem (bebas) dengan morfem
(terikat).
dia = -nya
saya = -ku
v
Sinonim antara kata dengan kata
buruk =
jelek
bunga =
puspa = kembang
v
Sinonim
antara frase dengan frase
ayah ibu =
orang tua
meninggal
dunia = berpulang ke rahmatullah
v
Sinonim
antara kalimat dengan kalimat
adik
memukul kakak. = kakak dipukul adik.
¢
Untuk diperhatikan!!!
- Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim (beras, salju, batu, kuning, dll.)
- Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar, tetapi tidak pada bentuk jadian
(benar =
betul => kebenaran ≠ kebetulan)
- Ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar, tetapi mempunyai sinonim pada bentuk jadian.
jemur = ???
menjemur =
mengeringkan
- Ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya” tidak mempunyai sinonim, tetapi dalam arti “kiasan” justru memiliki sinonim.
hitam = ???
hitam =
gelap, kelam, buruk, jahat, duka, dll.
¢ ANTONIM
Kata antonimi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu onoma ‘nama’ anti ‘melawan.’
Secara harafiah,
antonimi berarti nama lain untuk benda lain pula.
Secara semantik,
antonimi yaitu ungkapan (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan
dengan makna ungkapan lain.
¢
Jenis antonim berdasarkan sifatnya:
1. ANTONIM MUTLAK
Terdapat
pertentangan makna secara mutlak.
contoh : hidup >< mati
diam
>< gerak
2. ANTONIM KUTUB
Pertentangannya
tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi.
contoh : kaya >< miskin
besar
>< kecil
3. ANTONIM HUBUNGAN
Bersifat
saling melengkapi, artinya kehadiran kata yang satu karena ada kata lain yang
menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya, maka oposisi ini tidak ada.
contoh : menjual >< membeli
suami
>< istri
4. ANTONIM HIERARKIAL
Menyatakan
suatu deret jenjang atau tingkatan.
- meter
>< kilometer
- prajurit
>< kopral
5. ANTONIM MAJEMUK
Kata-kata
yang beroposisi terhadap lebih dari sebuah kata.
contoh :
berdiri
>< duduk, tiarap, berbaring
¢ POLISEMI
Satuan
bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu.
Contoh:
Kepala
¢
Bagian tubuh dari leher ke atas, seperti pada
manusia dan hewan
¢
Bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas
atau depan dan merupakan hal yang penting (Kepala
surat)
¢
Bagian dari sesuatu yang berbentuk bulat seperti
kepala (Kepala jarum)
¢
Pemimpin atau ketua (kepala pemerintahan)
¢
Jiwa atau orang (Perkepalaèperorang)
¢
Akal budi ( Kepala
batu, besar kepala)
¢Ambiguitas atau ketaksaan
Ambiguitas adalah satuan gramatikal
(lebih besar dari kata) yang bermakna ganda.
Contoh:
Orang malas lewat di sana.
- Jarang ada orang yang mau lewat di sana
- Hanya orang-orang malas yang lewat di sana
¢Hiponim dan hipernim
Kata hiponimi
berasal dari bahasa Yunani onoma ‘nama’ hypo ‘di bawah’
Secara harfiah, hiponimi
berarti nama yang termasuk di bawah nama lain.
Secara semantik,
hiponimi adalah ungkapan yang maknanya dianggap bagian dari makna ungkapan
lain.
¢
Contoh:
Kata teri,
tongkol, paus, dan bandeng tercakup dalam kata ikan. Kita dapat mengatakan
bahwa teri adalah ikan, tetapi ikan bukan hanya teri, bisa juga paus, tongkol,
bandeng, dan lain-lain.
Relasi hiponim bersifat searah, sebab
kalau teri berhiponim dengan ikan, maka ikan bukan berhiponim dengan teri,
melainkan berhipernim. Dengan kata lain, kalau teri hiponim dari ikan, maka
ikan hipernim dari teri.
¢ Homonim
Adalah dua
kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja
berbeda karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.
Contoh:
Bisa =
Racun ular
Bisa =
Sangup
Mengurus =
Mengatur
Mengurus =
Menjadi kurus
¢ Homofon
Adalah kata
yang sama bunyi, tetapi berbeda dalam hal cara penulisan dan maknanya.
contoh :
Bank =
Tempat menyimpan uang
Bang =
Panggilan untuk kakak laki-laki
¢ Homograf
Kata yang
memiliki kesamaan tulisan, tetapi berbeda bunyi dan maknanya.
Contoh :
Apel = Buah
Apel =
Upacara
Serang =
Mendatangi untuk menyerang
Serang =
Nama daerah
¢ Redundansi
Istilah
redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya penggunaan unsur
segmental dalam suatu bentuk ujaran.
Misalnya,
kalimat Bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya jika
dikatakan Bola itu ditendang Dika. Jadi, tanpa menggunakan preposisi
oleh. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap redundansi.
No comments:
Post a Comment