Karya Tulis
MONUMEN PANCASILA SAKTI
SEBAGAI
WISATA PENDIDIKAN
Karya tulis ini diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
UN/US
tahun pelajaran
2013/2014
di SMP NEGERI 1 KARANGSAMBUNG
DISUSUN OLEH :
NO
|
NAMA
|
KELAS
|
NO. ABSEN
|
1
|
Amin Susanto
|
IX A
|
3
|
2
|
Ariska Saputra
|
IX A
|
5
|
3
|
Faris Husain Alamsyah
|
IX A
|
10
|
4
|
Galang Surya Ari Saputra
|
IX A
|
13
|
5
|
Mohamad Arif Alfandy
|
IX A
|
20
|
6
|
Rizal Wahyudin
|
IX A
|
26
|
SMP NEGERI 1 KARANGSABUNG
TAHUN
PELAJARAN
2013/2014
LEMBAR
KONSULTASI
PENULIS :
NO
|
NAMA
|
KELAS
|
NO. ABSEN
|
1
|
Amin Susanto
|
IX A
|
3
|
2
|
Ariska Saputra
|
IX A
|
5
|
3
|
Faris Husain Alamsyah
|
IX A
|
10
|
4
|
Galang Surya Ari Saputra
|
IX A
|
13
|
5
|
Mohamad Arif Alfandy
|
IX A
|
20
|
6
|
Rizal Wahyudin
|
IX A
|
26
|
PEMBIMBING : YAHMAN AHMAD HIDAYAT, S.Pd
JUDUL : MENGENAL MONUMEN PANCASILA SAKTI
NO
|
TANGGAL
/ BULAN
|
PERIHAL
KONSULTASI
|
SARAN
PEMBIMBING
|
PARAF
|
1
|
||||
2
|
||||
3
|
||||
4
|
HALAMAN
PENGESAHAN
Judul : Mengenal Monumen Pancasila Sakti
Penulis :
NO
|
NAMA
|
KELAS
|
NO. ABSEN
|
1
|
Amin Susanto
|
IX A
|
3
|
2
|
Ariska Saputra
|
IX A
|
5
|
3
|
Faris Husain Alamsyah
|
IX A
|
10
|
4
|
Galang Surya Ari Saputra
|
IX A
|
13
|
5
|
Mohamad Arif Alfandy
|
IX A
|
20
|
6
|
Rizal Wahyudin
|
IX A
|
26
|
Sekolah : SMP Negeri 1 Karangsambung
Tahun pelajaran : 2013/2014
Tahun pelajaran : 2013/2014
Karangsambung,
2014
Mengetahui,
Menyetujui
Kepala Sekolah Guru Pembimbing
Kepala Sekolah Guru Pembimbing
Drs. S. Nur Widayat
Yahman Ahmad Hidayat, S.Pd
NIP. 19681207199903 1 003 NIP. 19620630 198403 1 002
NIP. 19681207199903 1 003 NIP. 19620630 198403 1 002
HALAMAN
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang mana berkat rahmat dan segala limpahan nikmatnya kami dapat menyelesaikan Karya tulis ini.
Shalawat serta Salam yg senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi MUHAMMAD SAW yang menjadi teladan bagi seluruh umat manusia di dunia ini.
Dengan segala kerendahan hati dan hormat saya,
Kupersembahkan Karya Tulis ini untuk :
A.
Ayah dan Bunda tercinta
B.
Bapak Drs. S. Nur Widayat selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Karangsambung
C.
Bapak Yahman Ahmad Hidayat,S.Pd
selaku Guru Pembimbing Karya Tulis
D.
Bapak Pamungkas
Attar Halim,S.Pd selaku
Wali kelas saya di Kelas IX A
E.
Dewan guru
beserta karyawan SMP Negeri 1 Karangsambung
F.
Teman
– teman kelas IX
G.
Dan
untuk adik – adik kelas VII dan
VIII SMP Negeri 1 Karangsambung
H.
Pembaca yang
budiman
MOTTO
1.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, Maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan ) kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh ( urusan ) yang lain dan hanya kepada tuhanmulah
hendaknya kamu berharap”
( Q.S. Al - Insyiroh : 45 )
( Q.S. Al - Insyiroh : 45 )
2.
”Wahai orang-orang yang beriman,
mintalah pertolongan ( kepada Allah ) dengan sabar dan sholat.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
( Q.S. Al – Baqarah : 153 )
( Q.S. Al – Baqarah : 153 )
3.
“Tulislah sebuah kesusahan dan kesedihan
di atas pasir biarkan angin keikhlasan membawamu jauh dari ingatan namun
pahatlah sebuah kebaikan dan kebajikan di atas batu agar kita selalu terkenang”
( Penulis )
( Penulis )
4.
Berusahalah jika kau ingin bisa
5.
Hanya dirimu yang dapat mengubah nasibmu
6.
Jangan katakan tidak bisa, jika belum mencoba
7.
Katakanlah yang benar walau itu pahit
8.
Mampu mengatasi hal yang ter buruk, memungkinkan memperoleh sesuatu yang
terbaik
9.
Apa yang kamu perbuat maka itu yang kau dapat
10.
Hari esok harus lebih baik dari pada hari ini
11.
Bekerjalah seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan beribadahlah seolah
kau akan
12.
Janganlah menunda-nunda waktu
13. Barang siapa
kehilangan semangat, maka ia akan kehilangan segalanya
ABSTRAKSI
Monumen Pancasila Sakti dibangun atas gagasan Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 14,6
hektar. Lokasi Monumen Pancasila Sakti berbatasan sebelah selatan
dengan markas TNI besar Cilacap, sebelah utara Lanuma Halim Perdanakusuma, sebelah timur Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat TMII/ Asmara
Haji Pondok Gede. Monumen Pancasila Sakti bentuk
fisiknya sangat bagus dan kuat walau bangunannya sudah lama sekali, karena
waktu pembuatan bangunan itu para pahlawan
membuatnya dengan sekuat tenaga dan susah payah untuk dijadikan sebagai benteng
pertahanan dan sampai sekarang ini masih dipertahankan sebagai tempat wisata
agar semua rakyat Indonesia tahu bagaimana bentuk fisik Monumen Pancasila Sakti
pada waktu pemberontakan.
Monumen ini dibangun
dengan tujuan mengingat perjuangan para Pahlawan
Revolusi yang
berjuang mempertahankan ideologi Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari ancaman ideologi komunis.
Ketujuh pahlawan revolusi tersebut adalah:
- Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani,
- Mayjen TNI R. Suprapto
- Mayjen TNI M.T. Haryono
- Mayjen TNI Siswondo Parman
- Brigjen TNI D.I. Panjaitan
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
- Lettu Pierre Andries Tendean
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ini tepat pada waktunya.
Dalam
penyusunan karya tulis ini, penulis banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan karya tulis ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis
menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kebumen, Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.....................................................................................................................................
i
LEMBAR KONSULTASI......................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................................
iv
MOTTO....................................................................................................................................
v
ABSTRAKSI...........................................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
vii
ABSTRAKSI...........................................................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2
D.
Metode Penelitian........................................................................................................ 2
E.
Sistematika Penulisan................................................................................................... 3
BAB II ISI
A.
Sejarah Berdirinya Monumen Pancasila Sakti.............................................................. 4
B.
Ruang Intro.................................................................................................................. 5
C.
Diorama
1.
Peristiwa Tiga Daerah (4 November 1945)...................................................... 5
2.
Aksi Teror Gerombolan Ce’ Mamat (9 desember 1945).................................. 6
3.
Pembrontakan PKI di
Cirebon (14 Februari 1946).......................................... 6
4.
Peristiwa Revolusi
Sosial di Langkat (9 Maret
1946)...................................... 6
5.
Pengacuan Surakarta (19 agustus
1948)........................................................... 6
6.
Pemberontakan PKI di Madiun ( 18 September 1948).................................... 6
7.
Pembunuhan di Kawedanan Ngawen (Blora) (20 September 1948)............... 7
8.
Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953).................................................... 7
9.
Kampanye Budaya PKI (25 Maret 1963)........................................................ 7
10.
Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964 -1965).............................................. 7
11.
Peristiwa Kanigoro (13 januari 1965)............................................................... 8
12.
Peristiwa Bandar Betis (14 Mei 1965)............................................................. 8
13.
Pawai Ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)............................. 8
14. Penyerbuan Gubernuran Jawa Timur (27 September 1965............................. 8
D. Koleksi Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti
1. Rapat-Rapat
Persiapan Pemberontakan........................................................... 9
2.
Latihan Sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli –
30 September 1965)............ 9
3.
Penculikan Men/Pangad Letjen TNI A. Yani (1
Oktober 1965)..................... 10
4.
Penganiayaan di Lubang Buaya (1 Oktober 1965).......................................... 10
5.
Pengamanan Lanuma Halim Perdanakusuma (2
Oktober 1965)...................... 10
6.
Pengangkatan Jenazah (4 Oktober 1965)......................................................... 10
7.
Proses Lahimya Surat Perintah 11 Maret 1966................................................ 11
8.
Pelantikan Jenderal TNI Soeharto Sebagai Presiden RI (12 Maret 1967).......
11
9.
Tindak Lanjut Pelarangan Partai Komunis
Indonesia (26 Jnni 1982).............. 11
10. Foto Para
Pahlawan Revolusi........................................................................... 11
11.
Ruang Relik...................................................................................................... 12
12.
Ruang Teater ................................................................................................... 12
13. Ruang Pameran
Foto........................................................................................ 12
E.
Pameran Taman
A. Sumur Maut............................................................................................................ 12
B. Rumah-Rumah
Bersejarah
1.
Rumah Diorama
Penyiksaan............................................................................ 13
2.
Rumah Pos Komando...................................................................................... 13
3. Dapur Umum.................................................................................................... 13
4.
Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI
Soeharto................................ 13
C.
Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI
Soeharto...................................... 13
D.
Truk Dodge............................................................................................................ 13
E.
Panser Saraceen...................................................................................................... 14
F. Tugu, Patung
dan Relief........................................................................................ 14
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................................... 15
B.
Saran............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 16
LAMPIRAN
1.
Foto Pahlawan
Revolusi............................................................................................... 17
2.
Diorama........................................................................................................................ 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Peningkatan sumber daya manusia
dalam proses pembangunan merupakan kebutuhan yang mendesak. Hal ini didasarkan
oleh adanya tantangan perkembangan IPTEK yang telah membawa perubahan pada
seluruh sendi kehidupan.kondisi persaingan tak terelakan lagi. Indonesia
sebagai negara yang hidup ditengah-tengah kehidupan-kehidupan berbangsa dan
bernegarapun harus terjun dalam kancah persaingan. Agar mampu berperan dalam persaingan
global,bagsa indonesia perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara
terarah, intensif, dan terencana mulalui pendidikan.
Sekolah sebagai wahana pendidikan merupakan faktor strategis yang harus
mendapatkan perhatian berbagai pihak. Tak heran jika hampir semua negara
berkembang memprioritaskan progam peningkatan mutu pendidikan pada semua
jenjang sekolah.
Selaras dengan itu, indonesia dengan memberlakukan UU No. 20 / 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan agar sistem pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan
lokal,nasional,dan global.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, SMP N 1 Karangsambung telah berusaha melakukan suatu
kegiatan untuk menunjang mutu pendidikan. Kegiatan yang dimaksud,salah satunya
adalah mengadakan Widya Wisata. Sebagai generasi muda yang akan menjadi calon
pemimpin bangsa, maka pelajar perlu pengetahuan dan wawasan yang luas. Peningkatan pengetahuan dan wawasan
selain bisa didapatkan di bangku sekolah juga dapat diperoleh dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung.
Misalnya saja dengan melakukan wisata pendidikan yang berhubungan dengan sejarah dan
budaya. Salah satu obyek wisata pendidikan yang dapat dikunjungi untuk menambah
wawasan dan pengetahuan siswa adalah MONUMEN PANCASILA SAKTI. Widya wisata ke
Monumen Pancasila Sakti, selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan siswa
juga dapat menumbuhkan jiwa nasionalisme pada diri siswa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat saya rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya dan
bentuk fisik Monumen Pancasila Sakti ?
2. Bagaimanakah gambaran perjalanan
Sejarah Nasional dalam diorama yang dipamerkan di Monumen Pancasla Sakti ?
C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah, tujuan pembahasan masalah dalam
karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Supaya
mengetahui
sejarah berdirinya Monumen Pancasila Sakti.
2. Supaya
mengetahui hal – hal bersejarah yang terdapat di dalam Monumen Pancasila Sakti
3. Sebagai
pembelajaran nilai – nilai nasionalisme di dalam kehidupan
D.
MANFAAT PEMBAHASAN MASALAH
Adapun manfaat pembahasan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah ilmu
Pengetahuan
2. Dapat
meningkatkan rasa nasionalisme
3. Untuk mengenang
jasa para pahlawan
4. Dapat menambah
wawasan mengenai sejarah negara Indonesia
E. METODE PENELITIAN
Adapun metode yang di gunakan dalam
pembuatan karya tulis ini yaitu dengan menggunakan beberapa metode di bawah ini
:
1. Metode
Observasi
Metode Observasi merupakan metode ilmiah yang digunakan
dalam penyelidikan Observasi, sering disebut dengan pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis. Melalui peninjauan secara langsung menuju tempat
permasalahan dengan meneliti hal yang ada pada tempat tersebut
sesuai pokok permasalahan yang ada.
2.
Metode
Library Research
Metode
Library Research merupakan metode penelitian data – data bersumber dari buku –
buku, internet, perpustakaan, serta tempat – tempat karya ilmiah yang telah ada
kemudian di rangkum dan disimpulkan kembali di dalam karya tulis ini, atau sebuah
metode yang menggunakan sistem mengembangkan suatu karya yang
sudah ada menjadi lebih baik lagi atau sesuatu karya yang sudah ada dijadikan
untuk membantu penyelesaian permasalahan yang ada di dalam karya tulis ini.
F.
Sistematika Karya Tulis
Karya
tulis ini menggunakan sistemmatika sebagai berikut :
JUDUL
LEMBAR
KONSULTASI
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Penelitian
D.
Manfaat Penelitian
E.
Metode Pengumpulan Data
F.
Sistematika Penulisan
BAB II ISI
A.
Sejarah Berdirinya Monumen Pancasila Sakti
B.
Ruang Intro
C.
Diorama
D.
Koleksi Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti
E.
Pameran taman
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
ISI
A. SEJARAH BERDIRINYA MONUMEN PANCASILA SAKTI
Para Kader PKI melakukan berbagai
cara baik legal maupun ilegal untuk mencapai cita-cita mereka, yaitu masyarakat
indonesia yang komunis, cara ilegal dilakukan dengan mengadakan
pemberontakan-pemberontan teror pembunuhan-pembunuhan yang menelan banyak
korban bangsa sendiri, cara legal pun dilakukan dengan menguasai Komite
Nasional Indonesia (KNI) baik dipusat maupun daerah untuk menguasai parlemen
melalui organisasi politik dan organisasi massa. Pemberontakan PKI bertujuan
untuk menggatikan dasar negara pancasila dengan komunis yang bertentangan
dengan pancasila. Pemberontakan pertama dilakukan pada tanggal 18 September
1948 di madiun. Setelah gagal PKI melancarkan pemberontakan kedua pada tanggal
30 Oktober 1965 yang dikenal nama “Gerakan Tiga Puluh September (G.30.S/PKI)”.
Langkah-langkah mereka menculik dan membunuh beberapa orang
perwira TNI-AD yang dianggap sebagai lawan politik. Dari para
pemberontak-pemberontak PKI 1948 dan 1965 itu, maka kata sepakat bahwa komunis
merupakan bahaya yang perlu kita waspadai. Demi kewaspadaan itulah kemudian
dibangun Monumen Pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (komunis) yang
menyajikan kegiatan makar dan pengkhianatan PKI sejak tahun 1945 serta
punumpasan oleh rakyat indonesia bersama ABRI. Dengan Monumen Pancasila Sakti
dan Monumen Pengkhianatan PKI (komunis) diharapkan kewaspadaan terhadap bahaya
komunis lebih meningkat.
Monumen Pancasila Sakti dibangun pada tahun 1967. Sedangkan
penyelesaiannya pembangunan dan peresmiannya pada tahun 1972, tujuan dan
hakekat spiritual pembangunan Monumen Pancasila Sakti sebagai berikut:
1. Untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur dalam
membela negara, bangsa, dan Pancasila sampai titik darah penghbisan.
2. Membina semangat kebangsaan dikalangan prajurit TNI.
3. Monumen peringatan bagi perjuangan nasional.
4. Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia
Internasional.
Berdasarkan tujuan tersebut tanggal 1 Oktober dijadikan dan
ditetapkan serta dilaksanakan Upacara Hari Kesatria atau mengenang Tragedi Nasional akibat penghianatan
terhadap Pancasila.
Monumen Pancasila Sakti dibangun
diareal tanah seluas ± 14 Ha, terletak didesa Lubang buaya kecamatan Cipayung,
Jakarta timur. Lokasi Monumen Pancasila Sakti berbatasan sebelah selatan dengan
markas TNI besar Cilacap, sebelah utara Lanuma Halim perdana Kusuma, sebelah
timur pasar pondok gede, dan sebelah barat TMII/ Asmara Haji pondok gede.
Monumen Pancasila Sakti bentuk fisiknya sangat bagus dan kuat walau bangunannya
sudah lama sekali, karena waktu bembuat bangunan itu para pahlawan membuatnya
dengan sekuat tenaga dan susah payah untuk dijadikan sebagai benteng pertahanan
dan sampai sekarang ini masih dipertahankan sebagai tempat wisata agar semua
rakyat Indonesia tahun bagaimana bentuk fisik Monumen Pancasila Sakti pada waktu
pemberontakan
MUSEUM PENGKHIANATAN PKI
(KOMUNIS)
B.
RUANG INTRO
Dalam ruang intro terdapat 3
mozaik foto yang masing-masing menggambarkan:
1. Kekejaman-kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan
Madiun.
2. Penggalian jenazah korban
keganasan PKI dalam Gerakan 30 September 1965
3. Pengadilan gembong-gembong
G.30.S/PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa.
C.
DIORAMA
1.
Peristiwa Tiga
Daerah (4 November 1945)
Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia, kelompok komunis bawah tanah mulai memasuki
organisasi massa dan pemuda seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan
Angkatan Muda Repubilik Indonesia (AMRI). Dengan menggunakan organisasi massa,
orang-orang komunis memimpin aksi penggantian pejabat pemerintah di tiga
kabupaten Karesidenan Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal dan Pemalang. Pada
tanggal 8 Oktober 1945 AMRI Slawi di bawah pimpinan Sakirman dan Amri Talang yang dipimpin
Kutil melakukan teror dengan menangkapi dan membunuh pejabat pemerintah. Pada
tanggal 4 November 1945 pasukan AMRI mclancarkan penyerbuhan ke kota Tegal,
yaitu kantor Kabupaten dan Markas TKR, tetapi gagal. Kemudian tokoh-tokoh
komunis membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah untuk perebutan
kekuasaan di Karesidenan Pekalongan.
2.
Aksi
Teror Gerombolan Ce’ Mamat (9 desember 1945)
Ce’ Mamat
seorang tokoh komunis terpilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI)
Serang. Ia merencanakan untuk menyusun pemerintahan model Soviet. Pada tanggal
17 Oktober 1945 ia membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Serang (DPRS) dan merebut
pemerintahan Karesidenan Banten. Untuk memperkuat kekuasaanya, Ce’ mamat
menggunakan laskar-laskarnya untuk melakukan berbagai teror. Mereka berhasil
menculik dan membunuh Bupati Lebak R. Hardiwinangun di jembatan sungai Cimancak pada tanggal 9
Desember 1945.
3.
Pembrontakan
PKI di
Cirebon (14 Februari 1946)
PKI
di bawah pimpinan Mr. Yoesoef dan Mr. Soeprapto mendatangkan ± 3000
anggota Laskar Merah dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Cirebon dalam rangka
melaksanakan konfrensi Laskar
Merah. Pada tanggal 12 Febfruari 1946 Ternyata Laskar Merah melucuti TRI, menguasai kota dan
gedung-gedung vital sperti stasiun radio dan pelabuhan. Pada tanggal 14
Februari 1946 TRI melancarkan serangan untuk merebut dan menguasai kembali kota
Cirebon.
4.
Peristiwa
Revolusi Sosial di
Langkat (9 Maret 1946)
Lahirnya
Republik Indonesia belum sepenuhnya oleh kerajaan kerajaan di sumatera
timur. Pada tanggal 3 Maret 1946 terjadinya Revolusi Sosial yang dilakukan oleh
PKI yang tidak hanya menghapus pemerintah kerajaan tetapi juga membunuh
raja-raja dan keluarganya serta merampas semua harta benda kerajaan. Pada
tanggal 9 Maret 1946 PKI dibawah pimpinan Usman Parinduri dan Marwan menyerang
Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura.
5.
Pengacuan
Surakarta (19 agustus
1948)
Berbagai
aksi fitnah adu domba dilakukan PKI di daerah Surakarta. Salah satu diantaranya
terjadi pada malam hari pada tanggal 19 Agustus 1948 ketika berlangsung pasar
malam Sriwedari dalam rangka hari ulang
tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, PKI membakar ruang pameran
jawatan-pertambangan. Pengacauan ini bertujuan mengalihkan perhatian TNI agar
pembrontakan di Madiun bisa dilakukan PKI dengan aman.
6.
Pemberontakan PKI
di Madiun ( 18 September 1948)
Pada saat
Pemerintah dan Angkatan Perang memusatkan perhatian untuk menghadapi Belanda,
PKI melakukan pengkhianatan yang didahului dengan kampanye menyerang politik
pemerintah, aksi teror, mengadu domba kekuatan bersenjata dan sabotase di
bidang ekonomi. Dini hari tanggal 18 September 1948 PKI mengadakan
pemberontakan di Madiun. Sejumlah tokoh militer, pejabat pemerintah dan tokoh
masyarakat dibunuh. Di gedung Karesidenan Madiun PKI mengumumkan bcrdirinya
“Soviet Republik Indonesia” dan pembentukan Pemerintah Front Nasional.
7.
Pembunuhan di
Kawedanan Ngawen (Blora) (20 September 1948)
Pada tanggal 18
September 1948 Markas Kepolisian Distrik Ngawen (Blora) diserang oleh pasukan
PKI. Dua puluh empat orang anggota polisi itu ditahan dan tujuh orang yang
masih muda dipisahkan. Kemudian datang perintah dari Komandan Pasukan PKI Blora
agar mereka dihukum mati. Pada tanggal 20 September 1948, tujuh orang anggota
polisi dibawa ke suatu tempat terbuka dekat kakus dibelakang Kawedanan. Secara
bergantian para tawanan itu dibunuh dengan dua batang bambu yang dipegangi
ujungnya oleh dua orang yang dijepit ke lehernya. Ketika tawanan
mengerang-gerang kesakitan, pasukan PKI bersorak gembira. Kemudian dibuang ke
kakus dan di tembak.
8.
Peristiwa Tanjung Morawa (16 Maret 1953)
Pada tahun 1953
Pemerintah RI Karesidenan Sumatera Timur merencanakan untuk mencetak sawah
percontohan bekas perkebunan tembakau di desa Perdamaian, Tanjung Morawa. Akan
tetapi rencana itu ditentang oleh penggarap liar yang sudah menempati areal
tersebut. Pada tanggal 16 Maret 1953 pemerintah terpaksa mentraktor areal
tersebut dengan dikawal oleh sepasukan polisi. Ketika itulah massa tani yang
didalangi oleh Barisan Tani Indonesia (BTI) orma PKI, melakukan tindak brutal.
9.
Kampanye Budaya PKI
(25 Maret 1963)
Tidak hanya
dibidang politik yang ingin dikuasai oleh PKI tetapi juga bidang Iain seperti sastra
dan budaya. Salah satu usaha yang dilaksanakan oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat
(Lekra) bersama semua lembaga yang ada di bawahnya adalah memasukan komunisme
ke dalam seni dan sastra, mempolitikan budayawan dan mendiskreditkan lawan.
Pada tanggal 22 sampai 25 Maret 1963 diselenggarakan Konferensi Nasional I
Lembaga Sastra Indonesia di Medan. Konferensi tersebut tidak hanya membahas
masalah budaya dan sastra yang harus bernafaskan komunisme, tetapi juga
membahas masalah politik yakni menuntut agar segera dibentuk Kabinet Gotong
Royong yang memungkinkan duduk tokoh-tokoh PKI didalamnya.
10. Rongrongan PKI terhadap ABRI (1964 -1965) .
Kampanye anti
ABRI, khususnya TNI-AD berlatar belakang pada kecemburuan PKI karena ABRI
berhasil membendung pengaruh PKI dikalangan rakyat. Berbagai macam cara
kampanye anti ABRI telah dilakukan PKI seperti tuduhan, isyu, provokasi, fitnah
politik, dan Iain-Iain. Sejak tahun 1964 PKI dengan “Ofensif Revolusionernya”
secara gencar menyerang ABRI seperti tuntutan pembubaran aparat teritorial dan
puncaknya isyu Dewan Jenderal 1965. Tujuan kampanye tersebut yang sudah
dilakukan sejak Perang Kemerdekaan (1964 -1965) untuk mendiskreditkan ABRI
yaitu memecah beIah kekompakan ABRI memandulkan peranan sosial
politik ABRI, dan menghapus jati diri ABRI sebagai pejuang prajurit dan
prajurit pejuang.
11. Peristiwa Kanigoro (13 januari 1965)
Peristiwa ini
terjadi di Kecamatan Kras, Kedtri, tanggal 13 Januari 1965, dimana para peserta
Mental Training Pelajar Islam Indonesia Jawa Timur diserang oleh masssa Pemuda
Rakyat (PR) dan Barisan Tani Indonesia (BTI). Massa komunis ini tidak hanya
menyiksa para peserta pelatihan dan menginjak-injak kitab suci Al-Quran tetapi
juga menangkap beberapa peserta pelatihan dan tokoh agama setempat. Berkat
campur tangan Camat Kras, para korban penangkapan dibebaskan hari itu juga,
tetapi pelaksanaan mental training terpaksa dibatalkan.
12. Peristiwa Bandar Betis (14 Mei 1965)
Untuk
menggagalkan rencana pemerintah di bidang landreform, PKI dan organisasi
massanya melancarkan aksi sepihak yakni menguasai secara tidak syah tanah
negara di beberapa tempat. Salah satu di antaranya di Perusahaan Perkebunan
Negara (PPN) Karet IX Bandar Betsi, Pematangan Siantar. Pada tanggal 14 Mei
1965, kurang lebih 200 anggota Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat
(PR), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) menanami secara liar tanah
perkebunan karet terscbut. Pelda Sudjono yang dikaryakan di perkebunan itu
sedang bertugas mengeluarkan traktor yang terperosok, memperingatkan massa agar
menghentikan penanaman liar itu. Akan tetapi peringatan itu tidak dihiraukan
bahkan Pelda Sudjono dikeroyok dan dianiaya, sehingga lewas pada waktu itu
juga.
13. Pawai Ofensif Revolusioner PKI di Jakarta (23 Mei 1965)
Setelah merasa
dirinya kuat, PKI mulai melancarkan ofensif revolusioner yang bertujuan untuk
menggalang dan mempengaruhi massa agar berpihak kepadanya. Bentuk unjuk
kekuatan itu ialah aksi-aksi kekerasan. aksi terror tuntutan pembentukan
Kabinet Nasakom dan Angkatan Kelima dan sebagainya. Salah satu unjuk kekuatan
itu ialah penyelenggaraan rapat raksasa di Stadion Utama Senayan tanggal 23 Mei
1965 dalam rangka peringatan ulang tahun ke-45 PKI. Rapat dihadiri delegasi
dari negara-negara komunis. Pada saat itu Ketua CC PKI D. N. Aidit
mengomandokan kepada massa PKI untuk meningkatkan ”Ofensif Revolusioner sampai
kepuncaknya”.
14. Penyerbuan Gubernuran .lawa Timur (27 September 1965)
Salah satu
usaha mendiskreditkan aparatur pemerintah telah dilakukan PKI terhadap Gubernur
Jawa Timur. Dengan dalih akan menyampaikan resolusi tuntutan penurunan harga 9
bahan pokok, Gerwani yang mengatasnamakan “Gabungan Organisasi Wanita Surabaya”
yang dipimpin istri walikota meminta kesediaan Gubernur Jawa Timur,
Wiyono.Untuk menerima delegasinya. Gubernur menjanjikan akan menerima delegasi
pada tanggal 27 September 1965, pukul 10.00. Namun yang datang bukanlah
delegasi ibu-ibu melainkan massa PKI, seperti Pemuda Rakyat, Barisan Tani
Indonesia (BTI), Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dan Gerakan
Wanita Indonesia (Gerwani). Di Gubemuran mereka merusak berbagai peralatan
kantor dan berusaha menangkap Gubernur. Keadaan dapat dikuasai setelah
didatangkan bantuan dari ABRI.
KOLEKSI MUSEUM PASEBAN
MONUMEN
PANCASILA SAKTI
Didalam
Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti terdapat beberapa diorama sebagai
berikut:
1.
Rapat-Rapat Persiapan
Pemberontakan
Pada
bulan September 1965 ketua CC PKI D.N Aidit memerintahkan Syam
Kamaruzaman Pimpinan Biro Khusus untuk menyusun suatu rencana pemberontakan.
Syam mengadakan rapat sebanyak 16 kali dengan Pono dan Waluyo anggota Pimpinan
Biro Khusus Pusat, Kepala Biro Khusus Daerah dan oknum-oknum ABRI yang
sudah dibina PKI. Kesirnpulan rapat tersebut gerakan ini harus dibantu dari
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam rapat dengan oknum ABRI dibahas masalah
pelaksanaan yang meliputi personil, logistik, pembagian tugas, pembagian sektor
dan sasaran gerakan serta konsep ”Dcwan Revolusi”. Rapat terakhir
memutuskan Gerakan di beri nama “Gerakan 30 September”. Hari H
dan jam J adalah 1 Oktober 1965 dini hari. Sasaran pertama menculik para
pejabat teras TNI-AD.
2.
Latihan Sukarelawan di
Lubang Buaya (5 Juli – 30 September 1965)
Untuk
persiapan melancarkan pemberontakan,
PKI mengadakan latihan kemiliteran bagi para
anggotanya. Dalih yang dipakai ialah melatih para sukarelawan dalam rangka
konfrontasi terhadap Malaysia. PKI menuntut agar pemerintah membentuk Angkatan
kelima dengan mempersenjatai buruh dan tani. Anggota-anggota yang dilatih
berjumlah kurang lebih 3700 orang terdiri atas anggota-anggota Pemuda Rakyat
(PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan organisasi massa PKI lainya di
Lubang Buaya. Selain di Lubang Buaya, latihan juga diadakan di Rawa Binong,
kurang lebih 2 Km dari Lubang Buaya. Latihan ini dipimpin oleh oknum ABRI yang
sudah dibina PKI.
3.
Penculikan Men/Pangad
Letjen TNI A. Yani (1 Oktober 1965)
Pukul
02.30 tanggal 1 Oktober 1965) pasukan penculik G.30.S/PKI sudah berkumpul di
Lubang Buaya. Pasukan dengan nama Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief. Pasukan penculikan
Men/Pangad Letjen TNI A. Yani memakai seragarn Cakrabirawa tiba disasaran pukul
04.00 dan berhasil melucuti regu pengawal. Mereka memasuki rumah dan bertemu
dengan seorang putera Jendral A. Yani. Para penculik tersebut menyuruh anak
tersebut untuk membangunkan ayahnya. Jendral A. Yani keluar dari kamar dengan
berpakaian piyama. Salah seorang penculik mengatakan bahwa Bapak
diminta segera menghadap Presiden. Beliau akan mandi dan berpakaian dulu. Salah
seorang anggota penculik mengatakan tidak perlu mandi dan mencuci mukapun
tidak boleh. Melihat sikap yang kurang ajar itu, Jenderal A. Yani
marah dan menampar oknum tersebut. Beliau berbalik dan menutup
pintu. Ketika itulah Pak Yani diberondong dengan senjata Thomson dan gugur
setika. Kemudian tubuh Jenderal A. Yani yang berlumuran darah diseret ke luar
rumah dan dilemparkan keatas truk, lalu dibawa ke Lubang Buaya.
4.
Penganiayaan di Lubang
Buaya (1 Oktober 1965)
Dini
hari tanggai 1 Oktober 1965 gerombolan G.30.S/PKI menculik 6 pejabat teras TNI
AD dan seorang perwira pertama. Di Lubang Buaya tubuh mereka dirusak dengan
benda-benda tumpul dan senjata tajam yan masih hidup disiksa satu demi satu
kemudian kepalanya ditembak. Sesudah disiksa para korban dilemparkan kedalam
sumur tua sempit. Penyiksaan dan pembunuhan itu dilakukan oleh anggota Pemuda
Rakyat (PR), Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) dan ormas-ormas PKI lainnya.
5.
Pengamanan Lanuma Halim
Perdanakusuma (2 Oktober 1965)
Panglima
Kostrad Mayjen TNI Seoharto rnengeluarkan perintah untuk segera mengamankan
Lapangan Udara Halim Perdanakusuma mengingat kekuatan G.30.S/PKI berpusat
dipangkalan tersebut.Pasukan yang akan melaksanakan tugas pengamanan terdiri
atas 1 Yon RPKAD, 1 Yon Para Kujang Siliwangi yang diperkuat 1 kompi panser.
Pasukan bergerak pukul 03.00 tanggal 2 Oktober 1965 dari Markas Kostrad menuju
Lapangan Udara Halim Perdanakusuma dari arah timur. Mereka tiba dilempat
sasaran pukul 06.00 pagi tanggal 2 Oktober 1965. Lapangan Halim Perdanakusuma
dijaga oleh Yon 454/Diponegoro yang diperalat G.30.S/PKI. Beberapa orang
anggota RPKAD berhasil menyusup sampai ketempat parkir pesawat-pesawat terbang,
sedang anggota lainya sudah berada didepan Yon 454. Dengan gerakan pendadakan,
maka pasukan RPKAD dan Kujang berhasil melumpuhkan pasukan Yon 454. Pukul 06.10
Halim berhasil dikuasai oleh RPKAD dan Yon Para Kujang dan gerakan selanjutnya
ialah menguasai Lubang Buaya.
6.
Pengangkatan Jenazah (4
Oktober 1965)
Setelah
menguasai Halim Perdanakusuma, pasukan RPKAD melanjutkan gerakan ke Lubang
Buaya. Setelah daerah iu diamankan, mulai melakukan pencarian jenazah
perwira-perwira TNI-AD yang diculik oleh gerombolan G.30.S/PKI. Sore hari
tanggal 3 Oktober 1965 diperolah pentunjuk dari anggota POLRI yang pernah
ditawan oleh gerombolan G.30.S/PKI. la memberitahu bahwa perwira-perwira
tersebut sudah dibunuh dan jenazahnya dikubur di sekitar tempat pelatihan
musuh. Ternyata jenazah dimasukan kedalam sumur tua, lalu ditimbun dengan
sampah kering, daun-daun singkong secara berselang-seling. Pengangkatan jenazah
dilakukan 4 Oktober 1965 oleh anggota-anggota Kesatuan Intai Para Amfibi
(KIPAM) dari Marinir (KKO-TNI-AL) dan anggota RPKAD. Pengangkatan jenazah
tersebut disaksikan oleh Mayor Jendral TNI Soeharto.
7.
Proses Lahimya Surat
Perintah 11 Maret 1966
Pada
tanggal 11 Maret 1966 Kabinet Dwikora bersidang di Istana Negara ditengah
memuncaknya demonstrasi mahasiswa yang menuntut pembubaran PKI, pembersihan
kabinet dari oknum-oknum G.30.S/PKI dan penurunan harga. Presiden Soekarno
meninggalkan ruang sidang setelah mendapat laporan bahwa istana dikepung oleh
pasukan tak dikenal, kemudian berangkat ke Istana Bogor.. Tiga perwira tinggi
TNI-AD yakni Mayjen TNI Basuki Rachmad, Brigjen TNI M. Yusuf dan Brigjen TNI
Amir Machmud menyusul ke Bogor setelah melapor kepada Men/pangad-Letjen TNI
Soeharto. Presiden Soekarno memerintahkan kepada ketiga perwira tinggi bersama
ketiga Wakil Perdana Menteri untuk menyusun konsep surat perintah. Akhirnya
lahir Surat Perintah 11 Maret I966,yang berisikan pemberian wewenang kepada
Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu guna
terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalanya pemerintahandan
jalannya revolusi.
8.
Pelantikan Jenderal TNI
Soeharto Sebagai Presiden RI (12 Maret 1967)
Pada
tanggal 22 Ferbruari 1967 Presiden/Mendataris MPRS/Panglima Tertinggi ABRI
dengan resmi menyerahkan kekuasaan pemerintahan sehari-hari kepada Jenderal TNI
Soeharto. Sidang Istimewa MPRS tanggal 12 Maret 1967 menghasilkan Ketetapan
MPRS Nomor: XXXIII/MPRS/1967, tentang pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara
dari Presiden Seokarno dan mengangkat Jenderal TNI Soeharto Pengemban Ketetapan
MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai Pejabat Presiden.
9.
Tindak Lanjut
Pelarangan Partai Komunis Indonesia (26 Jnni 1982)
Pada
tanggal 12 Maret 1966, Partai Komunis Indonesia berikut semua organisasinya
yang seazaz/berlindung/bernaung dibawahnya, dibubarkan oleh Ketetapan MPRS No.
XXV/MPRS/I966. Untuk mengantisipasi munculnya bahaya laten komunis, berdasarkan
Intruksi Presiden No. 10 tahun 1982, Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib) berkerja sama dengan Lembaga Pertahanan Nasional
mengadakan Penataran Kewaspadaan Nasional (Tarpadnas). Sejak tanggal 19
September 1991 Tarpadnas diikuti oleh wakil-wakil pemuda dari 27 Provinsi dan
berbagai organisasi massa pemuda.
10. Foto Para Pahlawan Revolusi
Tujuh
foto pahlawan revolusi setengah badan dalam ukuran besar yaitu foto Letjen TNI
Ahtnad Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI M. T. Harjono, Mayjen TNI S.
Parman, Brigjen D.I. Pandjaitan, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu
Pierre Andries Tendean.
11. Ruang Relik
Ruang
Relik berisi barang-barang peninggalan para pahlawan revolusi terutama pakaian
yang dikenakan pada saat beliau gugur, petikan visum dokter, peluru yang
diketemukan dalam tubuhnya, tali pengikat dan lain-lain. Di ruangan ini
disajikan pula Aqualung (alat bantu pernafasan) dan sebuah radio lapangan yang
pernah digunakan Jenderal Soeharto pada waktu memimpin penumpasan G.30.S/PKI,
12. Ruang Teater
Di
ruangan ini disajikan pertunjukan video cassette digital (VCD) yang berisi
rekaman bersejarah sekitar pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur
tua Lubang Buaya, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sidang Mahmillub
serta pengangkatan Jenderal Soeharto menjadi pejabat Presiden RI pada tanggal
12 Maret 1967. Masa putar VCD ini kurang lebih 30 menit.
13. Ruang Pameran Foto
Ruang
ini menyajikan foto-foto pengangkatan dan pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi
ke Taman Makam Pahlwan Kalibata Jakarta.
PAMERAN TAMAN
Di pameran Tamat terdapat tempat-tempat yang
ada hubungannya dengan pemberontakan antara lain:
A. Sumur Maut
Partai Komunis
Indonesia ingin merebut kekuasaan Pemerintah Indonesia dengan mcnggunakan aksi
kekerasan yaitu melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap
enam perwira tinggi dan satu pewira pertama yang terjadi pada tanggal
1 Oktober 1965. Setelah diculik perwira tersebut dibawa ke desa Lubang Buaya
di daerah Pondok Gede. Jakarta Timur. Dari 7 perwira tersebut, 4 diantaranya masih
dalam keadaan hidup. Sampai di Lubang buaya keempat perwira tersebut disiksa
beramai-ramai secara keji dan biadab oleh gerombolan G.30.S/PKI kemudian
dibunuh satu persatu. Jenazah 7 perwira tersebut kemudian dimasukan kedalam
sebuah sumur tua dengan kedalaman 12 m dan berdiameter 75 cm dengan posisi
kepala di bawah. Dari sumur tua ditemukan 7 jenazah yaitu Letnan Jenderal TNI
A. Yani, Mayor Jenderal TNI S. Parman, Mayor Jenderal TNI MT. Harjono, Mayor
Jenderal TNI Soeprapto, Brigadir Jenderal TNI Soetojo Siswomihardjo, Brigadir
Jenderal D.I. Pandjaitan. dan Letnan Satu Pierre Andries Tendean. Berkat kerja
keras dari satuan-satuan ABRI, jenazah-jenazah tersebut dapat diangkat pada
tanggal 4 Oktober 1965 dalam keadaan rusak akibat penganiayaan secara kejam
diluar batas-batas kemanusiaan.
B. Rumah-Rumah Bersejarah
1. Rumah Diorama Penyiksaan
Menggambarkan
penyiksaan para korban yang masih dalam keadaan hidup. Mereka adalah Mayor
Jenderal TNI S. Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo, dan Lettu Pierre
Andries Tendean.
2. Rumah Pos Komando
Rumah ini milik
seorang penduduk RW 02 Lubang Buaya bernama Haji Sueb. Pada waktu meletusnya
G.30.S/PKI tahun 1965, dipakai oleh pimpinan gerakan yaitu eks Letkol Untung
dalam rangka mempersiapkan penculikan terhadap 7 perwira TNI-AD.
3. Dapur Umum
Rumah Dapur
Umum merupakan salah satu rumah bersejarah yang ada di lokasi Monumen Pancasila
Sakti Lubang Buaya. Rumah tersebut dilestarikan sebagai koleksi benda
bersejarah karena merupakan bagian dari sarana yang dipakai oleh PKI untuk
menunjang terlaksananya kegiatan penganiayaan dan pembunuhan terhadap 7 orang
perwira TNI AD dalam peristiwa G.30.S/PKI. Rumah yang statusnya milik ibu Amroh
itu dipakai oleh PKI sebagai tempat penyediaan sarana konsumsi gerombolan
G.30.S/PKI di Lubang Buaya.
D. Mobil Dinas Pangkostrad Mayor Jenderal TNI
Soeharto
Dengan
menggunakan Jeep Toyota Kanvas Nomor : 04-62957/44-01, Mayor Jenderal TNI
Soeharto segera bertindak untuk menumpas G.30.S/PKI, yang didalangi oleh eks
Letkol Untung dan tokoh PKI yang lain. Mayor Jenderal TNI Soeharto dari
rumahnya di jalan Agus Salim menuju Markas Kostrad menggunakan kendaraan dinas
Jeep Toyota Kanvas yang disetir oleh Pra Soewondo.
E. Truk Dodge
Mobil truk yang
digunakan olehntak G.30.S/PKI untuk membawa jenazah Brigjen TNI D.I Pandjaitan,
yang dipamerkan di lokasi Museum Pancasila Sakti (pameran taman), adalah mobil
truk Dodge tahun 1961 buatan Amerika Serikat dengan nomor polisi B. 2982.L
merupakan replika kendaraan jemputan P. N. Arta Yasa, yang sekarang
divisi cetak uang logam Perum Peruri. Kendaraan tersebut dirampas oleh
pemberontak G.30.S/PKI disekitar jalan Iskandar Syah daerah Blok. M, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
F. Panser Saraceen
Kendaraan yang
dipakai untuk membawa jenazah adalah jenis panser. Panser dengan tipe PCMK -2
Saraceen adalah sebuah kendaraan lapis baja yang berasaI dari Negara Inggris.
Kendaraan tersebut dipakai oleh Organik Batalyon Kaveleri 7 Kodam V/Jaya. Pada
tahun 1976 dipindahkan ke Batalyon Kaveleri 3 Kodam VIII/Brawijaya dipakai
untuk mendukung penugasan operasi militer di Timor Timur. Pada bulan Juli 1985
ditarik dari penugasan di Timor Timur untuk diabadikan di Monumen Pancasila
Sakti.
G. Tugu, Patung dan Relief
Tugu pahlawan
Revolusi terletak 45 m sebelah utara cungkup sumur maut. Patung Pahlawan
Revolusi berdiri dengan latar belakang sebuah dinding setinggi 17 m dengan
hiasan patung Garuda Pancasila. Dinding berbentuk Trapesium tersebut berdiri
diatas landasan yang berukuran 17×17 m2 dengan tangga yang tingginya 7 anak
tangga. Ketujuh patung Pahlawan Rovolusi berdiri berderet dalam setengah
lingkaran dari barat ke timur yaitu : Patung Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo,
Brigjen TNI D.I. Panjaitan, Mayjen TNI R. Soeprapto, Letjen TNI Ahmad Yani,
Mayjen TNI M.T Harjono, Mayjen TNI S. Parman. dan Kapten P. A. Tendean. Ketujuh
patung berdiri pada alas yang berbentuk lengkung dengan hiasan relief yang
melukiskan peristiwa prolog, kejadian dan penumpasan G.30.S/PKI oleh ABRI dan
rakyat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari data-data
yang menyusun dapatkan mengenai Monumen Pancasila Sakti dapat disimpulkan
bahwa:
- Monumen Pancasila Sakti merupakan media untuk mengingatkan kepada seluruh warga negara Indonesia agar meningkatkan kewaspadaannya terhadap bahaya komunis lebih meningkat.
- Monumen Pancasila Sakti merupakan monumen yang menyimpan barang-barang bersejarah yang tinggi.
- Monumen Pancasila Sakti dapat menghasilkan devisa yang cukup besar bagi daerah sekitar dan negara .
B. Saran
Setelah
penyusun berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti dan melihat situasi kondisi di
sana maka penyusun menyarankan agar:
- Pihak pengelola memanfaatkan area yang masih ada untuk menambahkan infrastruktur di Monumen Pancasila Sakti.
- Pengunjung menjaga ketertiban, kebersihan, dan kenyamanan di Monumen Pancasila Sakti.
- Pemerintah sebaiknya menambah infrastruktur di Monumen Pancasila Sakti secara lengkap dan baik, karena keberadaannya sangat penting bagi warga masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Widiyawati.2010.Museum Geologi Bandung Potret Perubahan Zaman. Kebumen: SMP N 1 Prembun
Pamungkas.2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) Surabaya: Giri Surya.
LAMPIRAN
1. FOTO-FOTO PAHLAWAN REVOLUSI
Brigjen TNI D. I. Pandjaitan
Mayjen TNI Soeprapto
Lettu Pierre Andries Tendean
Mayjen TNI S. Parman
Letjen TNI Ahmad Yani
Mayjen TNI M. T Harjono
Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo
2. DIORAMA
Museum Pengkhianatan PKI
Tulisan di Sumur Maut
Diorama Peristiwa Revolusi Sosial Di
Langkat
Tugu, Patung ,Relief Monumen Pancasila Sakti
Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti
Jeep Toyota Kanvas
Diorama Proses Lahirnya Surat Perintah
11 Maret 1966
Panser Saraceen
Sumur Maut
Diorama Penyiksaan
Pemberontakan PKI Di Madiun
Diorama
Peristiwa Tanjung Morawa
No comments:
Post a Comment